Rabu, 12 Oktober 2011

Kesehatan Hewan Secara Umum


GEJALA DAN DIAGNOSA TERNAK SAKIT

Indikator Keberhasilan :

Setelah selesai mempelajari Gejala dan Diagnosa Ternak Sakit diharapkan memiliki kemampuan mengetahui beberapa macam gejala ternak sakit dan cara melakukan pemeriksaan klinis maupun mendiaknosanya dengan baik dan benar

Sakit merupakan perubahan phisiologis pada individu yang merupakan akibat dari penyebab penyakit. Dalam kegiatan agribisnis di bidang peternakan, penyakit merupakan hambatan utama dalam usaha meningkatkan produksi ternak. Oleh karena itu pengendalian yang berupa pencegahan atau pengobatan perlu dilakukan secara baik dan efisien.
Pencegahan penyakit dilakukan untuk menghindari agar ternak tidak terserang penyakit. Sedangkan pengobatan terhadap suatu penyakit dilakukan apabila ternak  sudah terserang penyakit. Telah diketahui bersama bahwa pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Hal ini karena dengan pengobatan biaya produksi menjadi lebih besar daripada biaya untuk pencegahan.
Ternak yang terserang penyakit harga jualnya juga menjadi lebih murah dari ternak yang sehat, bahkan mungkin bisa tidak laku di pasar.
 A.       GEJALA PENYAKIT
 Suatu penyakit dapat di identifikasi jenisnya apabila diketahui rangkaian gejalanya dan perubahan cairan tubuh atau cairan sel. Untuk dapat mengetahui ternak dalam keadaan sehat atau sakit, terlebih dahulu harus diketahui ciri-ciri atau penampilan secara umum ternak yang sehat maupun gejala-gejala ternak yang sakit. Gejala sakit yang ditemukan pada ternak yang masih hidup disebut gejala klinis.
 Gejala klinis dibedakan menjadi dua macam yaitu gejala klinis yang bersifat umum dan gejala klinis yang bersifat khusus.
 Gejala klinis khusus timbul sebagai reaksi dari kelainan suatu sistem organ tubuh ternak. Setiap kelainan dari sistim organ tubuh akan menunjukkan gejala yang yang khas. Secara mudah dapat dikatakan bahwa kelainan yang terjadi dari sistem organ pencernakan akan menunjukkan gejala yang berbeda dengan gejala yang timbul akibat kelainan dari sistem organ pernafasan, organ peredaran darah, organ reproduksi dan lainnya. Dengan mengamati gejala-gejala khusus yang timbul maka pemeriksaan lebih lanjut dapat lebih diarahkan.
Banyak perubahan-perubahan secara phisiologis yang dapat diamati diantaranya:
1. Perubahan suhu tubuh
   Setiap ternak mempunyai suhu tubuh normal yang tidak sama dan suhu tubuh tersebut pada umumnya akan banyak mengalami perubahan apabila individu tersebut dalam keadaan sakit, terutama akan terjadi kenaikan suhu tubuhnya.
2. Peradangan
   Peradangan terjadi karena adanya infeksi dalam tubuhnya. Adanya peradangan dalam tubuh ternak, biasanya ditandai dengan adanya kesakitan (rasa sakit), panas, kemerahan, kebengkakan.
3. Tidak ada atau kurangnya nafsu makan
    Hampir seluruh gejala sakit pada semua jenis penyakit akan ditandai oleh kurang adanya nafsu makan. Hal ini disebabkan karena pengaruh kondisi tubuh yang tidak normal atau tidak nyaman.
4. Depresi
   Tanda-tanda umum pada ternak yang sedang sakit biasanya sangat berhubungan dengan tingkah laku dan kondisi umum tubuh ternak. Untuk itu perlu diperhatikan
 a. Pengamatan
     Pengamatan terhadap sikap dan kondisi umum merupakan pemeriksaan awal
      untuk memastikan gejala-gejala yang berhubungan dengan penyakit.      
      Biasanya ternak yang sakit mempunyai kelainan sikap seperti pada saat ternak
    berdiri, duduk, berbaring dan berjalan. Sikap ternak ditentukan pula oleh  
                temperamen ternak tsb. Kondisi yang tidak normal seperti sikap kelainan  
                kaki yang berbentuk O, berbentuk X, kaki sempit ke bawah, dan lain-lain.
            b.  Nafsu Makan
         Nafsu makan merupakan salah satu naluri ternak untuk mempertahankan hidupnya. Pada ternak yang sehat maka nafsu makan pada umumnya normal, sehingga apabila ada ternak yang nafsu makannya kurang maka kemungkinan diduga adanya gangguan-gangguan pada pencernaan atau organ lainnya.
             c. Keadaan Kulit
         Keadaan kulit ternak perlu mendapat perhatian pada waktu pemeriksaan kesehatan karena keadaan kulit memperlihatkan status kesehatan dari ternak tersebut.
      d. Keadaan Bulu
                 Ternak yang sehat keadaan bulunya normal yaitu tampak mengkilat, lemas dan tidak rontok. Kelainan keadaan bulu dapat berupa kerontokan, bulu tampak suram, kering, kasar dan berdiri. Bulu yang rontok kebanyakan berkaitan dengan penyakit-penyakit seperti eksim, skabies, dermatitis, jamur, kutu, caplak dan lainnya. Keadaan bulu atau rambut berkaitan dengan ternak yang diperiksa, perawatan, dan sistem perkandangannya.
                e. Keadaan Moncong
         Moncong atau cungur ternak yang sehat adalah selalu basah, sehingga apabila dilakukan pemeriksaan moncong nampak kering maka ada kemungkinan ternak menderita demam. Perhatikan pula lubang hidung bila ada leleran hidung dan bau yang tidak wajar. Apabila ada perdarahan maka perlu diteliti keadaan selaput lendir hidung. Apabila hidung tampak kembang kempis, maka dapat diduga ternak menderita sesak napas.
               f. Suhu Badan
         Ternak termasuk homoiterm yaitu hewan yang berdarah panas. Suhu badan hewan tersebut tidak bergantung kepada suhu lingkungannya. Ternak yang sehat suhu badannya normal dan tidak dipengaruhi oleh suhu sekitarnya
              g. Kenaikan Suhu Badan
         Kenaikan suhu badan lebih dari suhu normal disebut demam. Demam yang disebabkan adanya infeksi bakteri, virus, jamur dan protozoa disebut demam patologis. Gejala-gejala klinis demam adalah menggigil, ada kenaikan denyut nadi, ada kenaikan angka pernafasan, lesu, suhu badan bagian luar tidak teratur, kotoran atau tinja yang mengeras dan urine mengental.
               h. Denyut Nadi
Pemeriksaan denyut nadi (pulsus) dilakukan dengan cara palpasi pada arteria atau nadi. Pada masing-masing ternak, frekuensi denyut nadi dapat ditentukan dengan memeriksa beberapa arteria. Kenaikan frekuensi denyut nadi menunjukkan adanya gangguan fungsi jantung, paru paru, hewan demam, anemia dan terjadi pada hewan-hewan yang sedang merasa kesakitan atau dalam keadaan tenang.
               i. Frekuensi Pernafasan
Pernafasan adalah proses pengambilan oksigen dari udara dan mengeluarkan karbon dioksida dari jaringan-jaringan tubuh lewat paru-paru. Pada waktu pemeriksaan pernafasan perlu diperhatikan frekuensi pernafasan.
               j. Pemeriksaan Mata
         Pemeriksaan Mata dilakukan dengan cara melihat bola mata, bulu mata dan kelopak mata. Pada ternak yang keadaan matanya memperlihatkan kelainan maka perlu diperiksa kemampuan melihatnya yaitu dengan cara menggerakkan tangan di depan matanya atau dengan cara mengamati refleks dari pupil mata.
             k. Feses/Kotoran
         Keadaan feses yang tidak normal ada hubungannya dengan penyakit dan gangguan pencernakan. Pada feses dapat juga dibuktikan adanya investasi parasit dalam. Oleh karena itu pemeriksaan untuk feses perlu dilakukan, terutama jika ternak menunjukkan gejala-gejala atau keadaan feses yang mencurigakan. Bentuk fisik kotoran yang tidak normal dapat berupa mencret atau diare.
               l. Urine
Pemeriksaan fisik urine meliputi jumlah urine per hari, warna, bau, berat jenis dan sedimen. Warna urine yang normal berwarna kuning muda hingga kuning kecoklatan. Urine yang normal berbau amoniak. Nilai Normal Frekuensi Urininasi.
                m. Vulva
         Pemeriksaan vulva dilakukan secara inspeksi yaitu dengan memperhatikan vulva dan cairan yang keluar.
              N. Keadaan Air Susu
Pemeriksaan fisik pada ambing dilakukan secara inspeksi yaitu dengan cara memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi pada kulit dan puting. Kelainan yang mungkin terjadi dapat diamati dengan memperhatikan warna, bau, dan lendir atau gumpalan yang terdapat dalam air susu. Keadaan fisik air susu perlu dicurigai apabila menampakkan gejala-gejala seperti air susu menjadi kuning kemerah-merahan berbau tidak segar. Atau terasa asin dan terlihat gumpalan-gumpalan yang halus. Air susu yang berlendir atau mengandung darah dan nanah atau air susu yang terasa asam dapat dijumpai bila ambing menderita mastitis.

         B. PEMERIKSAAN KLINIS
 Mendiagnose suatu penyakit perlu juga dilakukan pemeriksaan secara klinis, yaitu dengan jalan menelusuri atas riwayat kejadian penyakit dan pemeriksaan secara fisik bagi penderita. Namun gangguan-gangguan klinis pada ternak tidak dikenal batasan-batasannya sehingga diagnosispun tidak selalu dapat ditentukan. Oleh sebab itu ahli klinis harus dapat menentukan masalahnya setuntas mungkin dan memulai dengan melakukan pengobatan atau pencegahan sebelum diagnosis dapat ditentukan. Beberapa hal yang dilakukan dalam pemeriksaan klinis diantaranya:
 1.     Menelusuri Riwayat Penyakit
                    Catatan kejadian yang telah berlangsung sebelum si ternak mendapat pemeriksaan dari dokter hewan merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan diagnosis. Riwayat penyakit merupakan hasil tangkapan indera
       dan kadang-kadang kalau pemeriksaan ini dilakukan oleh seorang awam beresiko menyesatkan. Pada penelusuran riwayat penyakit, harus juga ditelusuri mengenai penyakit yang terdahulu, tipe kandangnya, pakannya, air dan sebagainya. Demikian juga riwayat tentang vaksinasi dan pengobatan yang telah diberikan.
            Informasi yang perlu dicatat dan dilaporkan adalah:
            a.     Kondisi ternak atau status tiap kelompok
            b.    Kejadian kematian
            c.     Tanggal waktu pemberian vaksin
 2.     Pemeriksaan Umum
                      Pemeriksaan umum merupakan pemeriksaan terhadap keadaan lingkungan yang meliputi tingkat sanitasi lingkungan, konsistensi tinja dan urine dalam kandang, tingkat pencemaran dan kualitas pakan dan air, pemeriksaan terhadap tanaman beracun maupun bahan kimia yang mencurigakan, serta kelakuan hewan baik dalam keadaan berdiri maupun tiduran, seperti:
              a.  Adanya kelainan dalam mastikasi yaitu cara mengunyah makanan;
              b. Prehensi (mengambil makanan) atau kemampuan lidah dan bibir untuk hal
                  tersebut.
                      Pemeriksaan umum hewan sakit dimulai dari suatu jarak yang tidak mengganggu ketenangan dan sikap penderita. Oleh sebab itu pemeriksaan umum dilaksanakan dari jarak agak jauh dan dilakukan dari berbagai arah yaitu depan, belakang dan kedua sisi hewan.
         3.  Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara palpasi, inspeksi visual dan penciuman serta pendengaran. Palpasi dan inspeksi visual ini digunakan untuk:
a. Mengenal kelainan-kelainan kecil atas susunan anatomi
b. Menilai kepekaan terhadap rasa sakit
c. Tanda peradangan dan tumor
d. Kelainan konsistensi seperti busung
e. Pengapuran yang patologik Pemeriksaan secara penciuman dapat dilakukan untuk penderita yang mengalami radang di dalam mulut atau saluran pernafasan yang biasanya disertai dengan bau pernafasan yang busuk.
 Pemeriksaan dengan cara mendengar, misalnya digunakan untuk menentukan diagnosis secara pasti terhadap lokasi jaringan yang berisi gas didalam perut. Caranya dengan menggunakan stetoskop. Pada umumnya ternak yang sehat mempunyai nilai normal parameter faali        
          4.  Pemeriksaan Bagian-Bagian atau Wilayah Tubuh                  
Pada ternak besar pemeriksaan akan lebih mudah apabila didasarkan pada wilayah-wilayah tubuh misalnya wilayah kepala dan leher, dada dan perut sebelah kiri, wilayah belakang, dan wilayah dada dan perut perut sebelah kanan. Pada pemeriksaan terhadap semua wilayah, maka kulit dan bulu perlu diperiksa terhadap adanya lesi dan parasit luar. Kulit yang longgar pada saat mencubit kulit leher, mewujudkan nilai tingkat hidrasi yang meningkat dari tubuh.
 5.  Penentuan Gejala Ternak Sakit
Penentuan gejala penyakit perlu periksaan secara teliti dan sistematik. Pemeriksaan ini dimulai dari:
a. Inspeksi
                   Inspeksi dilakukan dengan cara melihat, mengamati dan memeriksa semua permukaan tubuh mulai dari lubang hidung, telinga, lesi pada kulit, anus dan semua bagian tubuh secara seksama. Inspeksi ini dapat dibantu dengan menggunakan alat-alat seperti stetoskop, vaginoskop atau dengan menggunakan alat Rontgen.
                b. Palpasi
Palpasi adalah memeriksa dengan cara meraba semua permukaan tubuh. Cara palpasi ini digunakan untuk menilai kepekaan terhadap rasa sakit, proses peradangan, tumor dll
                C. Perkusi
                   Perkusi yaitu memeriksa lebar daerah paru-paru dengan cara mengetuk-ngetuk atau memukul-mukul dengan mempergunakan alat yang terdiri atas perkusi hamer dan pleksimeter yang dipukul dan diletakkan langsung pada kulit.
                 d. Auskultasi
                   Auskultasi yaitu memeriksa jantung dan paru-paru dengan cara mendengarkan suaranya. Alat yang digunakan adalah stetoskop.
                e. Pemeriksaan Bau
                   Melakukan pemeriksaan adanya bau-bauan yang bermacam-macam yang menunjukkan adanya kelainan.
f. Penentuan Denyut Nadi
                   Melakukan perhitungan denyut nadi dengan cara memegang pembuluh nadi dan menghitung detak nadi dalam satuan waktu Frekuensi Pernafasan, Pulsus dan Gerakan Rumen tertera pada Tabel dibawah.
 g.  Pengambilan Contoh
                     Mengadakan punctie yaitu membuat tusukan pada bagian badan yang sakit untuk mendapatkan cairan-cairan dengan menggunakan trokar atau kanul.
h.     Pemeriksaan Laboratorium
     Pemeriksaan laboratorium
                    a. Fisik: bau, rasa dan warna
                    b. Chemis: yaitu pemeriksaan secara biokimia seperti mengukur gula    
                        darah, ureum dalam darah, protein dalam urine dan lain-lain
                    c. Histopatologik: Pemeriksaan seperti perubahan patologi, anatomis,
                        kelainan jaringan dan lain-lain
                    d. Mikroskopis: Pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan
                        mikroskop
                      e. Pembiakan: Pemeriksaan dilakukan dengan cara membiakkan atau   
                         dengan melakukan perkembangbiakan terlebih dahulu.
                      f. Penyuntikan hewan percobaan
                     g. Haemotologik. Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengamati
                         sel darah
                      h. Serologik. Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengamati
                          serum atau cairan darah.
              Ciri-ciri ternak yang sehat :
a.Badan cukup berisi / tidak kurus
b.     Bulu mengkilat dan lemas
c.   Lincah, aktif, berjalan dengan langkah yang teratur
d.     Mata bersinar, terbuka dan jernih. Selaput lendir tidak pucat, tidak merah dan tidak kuning
e.Kulit halus dan mengkilat
f.    Nafsu makan baik, memamah biak dengan tenang
g.     Suhu tubuh normal
h.     Tidak ada tanda-tanda penyakit khusus seperti batuk, keluarnya ingus, bengkak, berak encer, perut kembung, kencing keruh, menderita nyeri dsb.
 Ciri-ciri Ternak yang sakit mempunyai gejala-gejala umum seperti berikut ini:
a. Tidak ada atau kurangnya nafsu makan
b. Depresi
c. Lesu
d. Mata tidak bersinar
e. Kulit pucat
f.   Bulu kusut/kusam atau tidak mengkilat
g. Perubahan suhu tubuh
h. Kadang-kadang disertai dengan peradangan
 PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT

Indikator keberhasilan
Setelah selesai mempelajari Program Pencegahan Penyekit, diharapkan dapat memahami cara cara pencegahan masuknya penyakit ke dalam farm.
 Kesehatan ternak sangat penting agar ternak dapat berproduksi dengan optimal dan produk yang dihasilkan berkualitas baik. Pada kesehatan ternak terdapat 4 hal yang disarankan untuk menuju Good Management Practices (GMP) , masing-masing dijelaskan sebagai berikut: Mencegah penyakit masuk ke farm, Memiliki program pengelolaan kesehatan yang efektif, Menggunakan obat-obatan sesuai dengan saran dokter hewan atau sesuai aturan yang tertera pada label kemasan obat, dan Melatih orang yang sesuai.
 A.   Mencegah Penyakit Masuk Ke Farm
          1.    Membeli ternak yang sehat untuk dipelihara dan mengontrol kesehatan sapi setelah masuk kandang. Sebelum masuk ke usaha ternak kita, sapi harus diperiksa kesehatannya terutama untuk sapi yang didatangkan dari daerah yang terjangkit penyakit. Bila dimungkinkan kita bisa mencari surat keterangan sehat dari dinas peternakan.
                          2.     Menjamin agar alat angkut yang membawa sapi ke usaha ternak kita tidak membawa bibit penyakit. Hal ini bisa dilakukan dengan menghindari alat angkut yang habis dipakai membawa ternak mati atau ternak sakit. Bisa juga diakukan dengan menyemprot dengan bahan desinfektan semua kendaraan yang masuk farm kita.
       3.   Memiliki pembatas keamanan/ pagar. Pagar membatasi ternak, hewan liar memasuki farm kita. Ternak dari luar farm dan hewan liar berpotensi membawa bibit penyakit jika memasuki farm kita.
         4.    Membatasi orang dan hewan liar memasuki farm. Orang dan kendaraan yang mengunjungi beberapa farm dapat menyebarkan bibit penyakit ke ternak. Jika diperlukan, semprot terhadap orang dan kendaraan yang memasuki farm serta batasi pengunjung dan kendaraan. Perlakukan pengunjung untuk meminimalkan penyakit, misalnya jaga kebersihan kendaraan dari kotoran sapi. Pengunjung di persilahkan menggunakan pakaian dan sepatu pelindung dan catat semua pengunjung, karena pengunjung dan hewan liar dapat menyebarkan penyakit.
          5.  Memiliki program untuk mengendalikan binatang pengganggu. Binatang pengganggu antara lain tikus, burung dan  serangga dapat menyebarkan penyakit ke sapi. Pastikan kita mempunyai program pengendalian binatang tersebut. Hal yang perlu dijaga antara lain tempat pemerahan, tempat penyimpanan pakan, kandang dan lain-lain.
          6.  Gunakan peralatan yang bersih. Peralatan yang digunakan pada budidaya sapi harus dijaga kebersihan. Untuk alat yang disewa dari luar harus dipastikan bahwa peralatan tersebut bersih dan bebas penyakit. Perlakukan dengan hati-hati peralatan yang dipinjam dari luar.
     B.  Memiliki Program Pengelolaan Kesehatan yang Efektif
      1. Membuat Sistem Identifikasi Ternak. Sapi dapat diindentifikasi oleh orang yang datang untuk melakukan tugas tertentu. Identifikasi harus dibuat permanen dan unik sehingga setiap ternak dapat diidentifikasi dari lahir sampai mati. Identifikasi yang banyak digunakan adalah memasang anting telinga (ear tag), tato, freeze branding dan microchips.
    2. Mengembangkan pengelolaan kesehatan yang berfokus pada pencegahan. Program pencegahan meliputi semua aspek yang berkaitan dengan pengelolaan farm. Pencegahan kesehatan yang paling lazim adalah melakukan vaksinasi ternak Obat-obatan pencegah penyakit dapat digunakan jika tidak ada strategi lain untuk mencegah penyakit, misalnya penggunaan antibiotika dengan dosis tertentu.
    3. Memeriksa Kesehatan Ternak jika ada Gejala Penyakit. Amati ternak secara reguler untuk mendeteksi adanya gejala penyakit. Gunakan metode yang akurat untuk mendeteksi dan mendiagnosis penyakit. Beberapa cara dapat menggunakan termometer anus, pengamatan tingkah laku sapi, kondisi tubuh, dan pengujian susu. Jika hasil diagnosis menunjukkan penyakit harus diperlakukan dengan baik.
    4. Ternak sakit harus ditangani dengan baik secepat mungkin. Perlakukan ternak yang sakit, luka dan kondisi kesehatannya  jelek setelah mendapat hasil diagnosis. Tindakan diperlukan untuk mengurangi akibat infeksi dan meminimkan sumber patogen.
    5. Isolasi ternak sakit dan pisahkan produksi susu dari ternak sakit atau ternak sedang diobati. Untuk mengurangi penyebaran penyakit, isolasi ternak sakit pada tempat khusus. Gunakan prosedur yang ada untuk memisahkan susu dari ternak sakit agar tidak tercampur dengan susu dari ternak sehat.
    6. Buatlah catatan terhadap semua perlakukan dan ternak yang pernah diobati. Catatan ternak yang pernah diobati perlu dibuat agar semua orang yang berkepentingan mengetahui perlakukan apa saja yang pernah diberikan. Gunakan cara untuk menandai ternak yang sakit, misalnya menggunakan cat untuk menandai sapi yang terserang penyakit mastitis.
    7. Menjaga penyakit yang dapat menular ke manusia (Zoonosis). Peternak harus menjaga penyakit yang dapat menulari manusia pada level yang tidak berbahaya. Produk ternak harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit, misalnya anthrax, bakteri pada susu, dan lain-lain

KESEHATAN PEMERAHAN

Indikator keberhasilan:

Setelah mempelajari Kesehatan Pemerahan diharapkan  dapat memahami cara pemerahan yang baik sesuai dengan prosedur yang ada, sehingga dihasilkan susu yang berkualitas.
 Pemerahan merupakan kegiatan yang penting dalam budidaya sapi perah ( FH / PFH ), dan kambing perah ( Kambing Etawa, Kambing Saanem, Kambing Togenburg, Kambing Nubian ) , Konsumen menghendaki susu yang berkualitas tinggi, sehingga pengelolaan pemerahan ditujukan untuk meminimalkan kontaminasi mikroba, bahan kimia dan kotoran lainnya. Pemerahan yang baik disamping akan menghasilkan susu yang berkualitas tinggi dan menjaga kesehatan sapi maupun kambing perah.
 A.     Pemerahan tidak Melukai Sapi / Kambing dan tidak mengotori Susu
Sapi / kambing yang diperah harus memiliki identifikasi, untuk mengetahui statusnya apakah sapi / kambing  laktasi, kering, sedang diobati, susunya abnormal karena penyakit, atau sedang diberi antibiotik. Jadi identifikasi diperlukan untuk menentukan langkah selanjutnya.
 B.     Persiapan Ambing sebelum Pemerahan
Bersihkan dan keringkan puting sapi atau kambing  yang kotor. Ambing dan puting yang basah harus dikeringkan. Harus tersedia air bersih selama kegiatan pemerahan. Periksalah ambing dan puting sebelum pemerahan, apakah ada indikasi mastitis atau penyakit lainnya.
  C.     Menggunakan Teknik Pemerahan yang Konsisten
Pemerahan harus menggunakan teknik pemerahan yang baik, kesalahan teknik dapat menyebabkan sapi atau kambing  terserang mastitis dan cedera atau melukai sapi/ kambing . Teknik pemerahan yang benar:
1. Siapkan sapi / kambing dengan baik sebelum pemerahan
2. Untuk pemerahan dengan mesin ( sapi ) , usahakan udara yang masuk sesedikit mungkin, pasang dan lepas cup mesin perah dengan halus
3. Untuk pemerahan dengan tangan, tangan pemerah harus bersih, dan dapat menggunakan sedikit paslin atau minyak untuk menghidari puting lecet,
4. Minimumkan pemerahan berlebihan
5. Semprotkan larutan Iodium setelah pemerahan
 D.     Pemerah Mengikuti Aturan Kesehatan
   Pemerah harus mengenakan pakaian yang sesuai dan bersih, menjaga kebersihan tangan dan lengan selama pemerahan, jika memiliki luka harus dibalut, dan tidak menderita penyakit infeksi. Penyakit dapat meluas jika terkena kotoran atau mencemari susu.
 E.     Ternak Sehat, Bebas Nyeri dan Cedera
  Ternak harus diperiksa secara reguler untuk mendeteksi adanya cedera atau sakit. Kandang dan tempat pemerahan lantainya tidak boleh licin untuk mengurangi peluang cedera sapi. Sapi / kambing yang laktasi harus diperah secara reguler.
  Jangan menggunakan prosedur dan proses yang menyebabkan ternak nyeri misal pada dehorning (penghilangan tanduk), kastrasi dan lain-lain. Menyediakan fasilitas beranak yang nyaman, dan memeriksa secara reguler apakah sapi / kambing  memerlukan bantuan pada saat melahirkan.
  Prosedur pemasaran pedet/ cempe harus baik, penjualan dilakukan setelah lepas sapih, dan menggunakan alat transportasi yang memadai.
   Jika ternak harus dibunuh difarm karena sakit parah, harus digunakan cara yang tidak menyakitkan.
  Hindari cara pemerahan yang salah karena bisa menyebabkan sapi cedera.
  1.  kesehatan dan kesejahteraan ternak
  2.  Mampu mengelola produksi ternak
    3.  Menangani ternak dengan baik dan dengan cara yang benar,   
         mengantisipasi penyebab masalah dan tindakan pencegahan.
  
HYGIENE DAN SANITASI

Indikator Keberhasilan :
 Setelah selesai mempelajari Hygiene dan Sanitasi diharapkan memahami pengertian hygiene dan sanitasi.
 Tantangan utama dalam proses pembangunan bangsa adalah menciptakan SDM yang cerdas, sehat, berkualitas dan produktif. Dan ini berkorelasi positif dengan asupan protein hewani.
Protein hewani adalah protein lengkap karena memiliki semua asam amino esensial dan ini mempengaruhi pemanfaatan protein oleh tubuh
Agar Protein dari pangan asal hewan tidak rusak diperlukan penanganan dengan sanitasi dan hygiene yang baik.
Pangan asal hewan adalah makanan yang berpotensi berbahaya karena dapat mengandung bibit penyakit ( kuman/ bakteri, virus, cacing, racun dll ).
Kesmavet : Segala urusan yang berhubungan dengan bahan-bahan yang berasal dari hewan, yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan  manusia( PP no 22 tahun 1983)
 A. HIGIENE
Hygiene adalah: Kesehatan masyarakat yang khusus meliputi segala usaha melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan badan dan jiwa, baik untuk umum maupun untuk perorangan, dengan tujuan memberikan dasar dasar kelanjutan hidup yang sehat serta mempertinggi kesejahteraan dan daya guna perikehidupan manusia   ( ringkasnya kondisi kesehatan atau suatu tindakan untuk mencapai kesehatan )
 1.      Cara Penanganan makanan yang hygienis
Keuntungan:
a.       Menjamin kualitas dan keamanan pangan asal ternak
b.      Meningkatkan kepercayaan dalam keamanan produk dan produksi
c.       Mengurangi kerugian dan pemborosan
d.      Menjamin efisiensi penerapan HACCP
e.       Diakui secara nasional/ internasional
f.        Memenuhi persyaratan/ peraturan/ spesifikasi/standar Persyaratan :
 2. Lingkungan sarana pengolahan
     a. Lingkungan terawatt aik, bersih bebas pencemaran ( bebas polusi asap, debu,   
          bau kontaminan lain, banjir hama)
b.      Tempat pembuangan sampah tertutup,
c.   Jauh dari pemukiman padat dan kumuh
d.   Sarana jalan tersedia baik,
     e.   Sistim drainase lancer
f.    Instalasi pengolahan limbah baik
     3.  Bangunan dan fasilitas
                 a. Disain, konstruksi dan tata ruang sesuai tujuan sehingga proses produksi lancer dan 
                       teratur terhindar dari kontaminasi silang bebas hama
       b. Ruang bersih terpisah dengan ruang kotor
       c.  Lampu penerangan berpelindung
   d. Intensitas cahaya cukup
        e.  Aliran udara dibuat dari daerah bersih ke daerah kotor
        f.  Pengatur suhu ruang
   4.   Peralatan Pengolahan
         a. Alat mudah dibersihkan, dipelihara dan disanitasi
    b. Mudah dibongkar pasang
         c. Bahan kuat, tidak korosif dan tidak beracun
         d. Penempatan sesuai alur proses, teratur sehingga pekerjaan menjadi mudah dan aman
         e.Peralatan dilengkapi penunjuk ukuran ( timbangan, suhu dll)
5.  Fasilitas dan Kegiatan.
a.      Air untuk pengolahan ( bahanbaku, pencucian alat/ bahan) sesuai baku mutu air minum
b.      Air untuk keperluan lain (pemadam api, pendingin) terpisah
c.      Ketersediaan air cukup dengan tempat penampungan
d.      Fasilitas air panas
 e.      Pembuangan limbah cairtidak mencemari sumberair bersih dan makanan
f.        Fasilitas pencuci untuk makanan berbeda untuk alat
     g. Fasilitas hygiene karyawan untuk menjamin kebersihan karyawan dan menghindari pencemaran produkseperti sarana cuci tangan, tempat ganti pakaian dan lockeruntuk menjamin
6.      Sistim pengendalian hama
Hama ( tikus, burung, kelelawar, serangga dan hama lain) dicegah masuk kedalam bangunan tempat pengolahan
7.      Hygiene karyawan
a.                Karyawan rutin diperiksa kesehatannya
b.                Selalu menjaga kebersihan diri, mengenakan baju kerja, penutup kepala     sepatu dan perlengkapan lain
c.                 Jangan menduduki/ menyandari peralatan
d.                Jangan sentuh hidung, mulut wajah telinga rambut
e.                Tidak merokok, makan, minum saat bekerja
f.                   Jangan bersin/ batuk di depan produk pangan
g.                Jangan menggunakan make up dan parfum berlebihan di area produk pangan
8.      Pengendalian proses
a.                Produksi dilakukan sesuai alur proses
b.                Daging, susu dan hasil olahan dilakukan dengan proses rantai dingin
c.                 Bahan baku dan produk yang lainsesuaikan SOP
 d.                PenyiTmpanan bahan pangan dan non pangan dipisahkan sesuai SOP
e.                ransportasi pangan dan non pangan dipisah sesuai SOP
Sanitasi adalah: suatu penataan kebersihan yang bertujuan meningkatkan/ mempertahankan keadaan suatu tempat atau benda yang sehat sehingga tidak berpengaruh negative terhadap lingkungan hidup sekitarnya ( ringkasnya kondisi kebersihan atau suatu tindakan untuk mencapai kebersihan).
Delapan  kunci persyaratan Sanitasi
1.      Keamanan air
a.   Keamanan suplai air yang kontak dengan produk pangan
b.   Keamanan air untuk produksi, cuci produk, alat, sarana lain dan minum
c.   Monitoring air yang digunakan
2.      Kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan pangan
Permukaan dibuat dari bahan yang aman, (nonyoxic, nonabsorbent, tahan karat, tahan terhadap pembersihan dan bahan sanitasi ).
3.      Pencegahan kontaminan silang
a.      Pemisahan bahan dengan produk siap onsumsi
b.      Desain sarana dan prasarana mencegah kontaminasi
c.      Cara mencegah kontaminasi silang ( pisahkan penanganan bahan baku dengan produk jadi, Pembersihan dan sanitasi area alat pengolahan, praktek hygiene pekerja, arus pergerakan pekerja dalam tempat usaha).
 4.      Menjaga fasilitas pencuci tangan, sanitasi dan toilet
a.      Kondisi dan fasiliytas cuci tangan, air tersedia cukup, ada bahan sanitasi
b.      Tempat cuci tangan terletak di jalan masuk/keluar ruang produksi
c.      Kondisi dan fasilitas toilet: air tersedia cukup, rajin dibersihkan, ada bahan sanitasi
d.      Toilet harus agak jauh dari ruang produksi dengan pintu tidak mengarah ke ruang produksi
e.      Bahan sanitasi jangan sampai habis
5.      Proteksi dari bahan bahan kontaminan
a.      Agar produk aman lindungi bahan produk pangan dari microbial, bahan kimia dan fisik. ( panas, kelembaman
b.      Jauhkan kontaminan dari bahan dan permukaan yang kontak langsung dengan bahan.
c.      Simpan bahan dalam ruang tertutup yang suhu, aliran udara dan kelembabannya disesuaikan dengan kondisi bahan.
d.      Hindari ruang penyimpanan dari genangan air walau bahan itu basah.
6.      Pelabelan, penyimpanandan penggunaan bahan toksin yang benar
a.      Untuk menjamin bahwa pelabelan, penyimpanan dan penggunaan bahan toksin adalah benar untuk proteksi produk dari kontaminasi
b.      Atur tempat penyimpanan bahan yang beracun dengan benar
c.      Setelah dipakai kembalikan ketempat semula
d.      Bila label rusal segera diperbaiki
e.      Periksa keamanan produk dari kontaminasi.
7.      Pengawasan kondisi kesehatan pekerja
Untuk mengetahui pekerja yang mempunyai tanda tanda penyakit, luka atau kondisi
8.      Menghilangkan Hama dari unit pengolahan
a.      Hama tidak boleh ada dalam bangunan pengolahan
b.      Hama yang mungkin membawa penyakit diantaranya: lalat, hewan pengerat, burung
c.      3 program Hama control adalah: hilangkan tempat persembunyian pest, hilangkan pest dari ruang pengolahan, cegah pest masuk.

Lampiran
DAFTAR PUSTAKA


Anonimus, 1992. Diagnosa Klinik Pada Ruminansia, Balai Penyidikan Penyakit Hewan Wilayah IV Yogyakarta 1992.

Anonimus, A. 2005. Manual Untuk Paramedis Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah Ungaran 2005

Anonimus, A. 2008. Kumpulan perundang undangan di bidang kesehatan hewan, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah Ungaran 2008

Anonimus, A. 2008. Kumpulan peraturan di bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah Ungaran 2008

Anonimus, A. 2011. Manual for Mastitis control program in Developing countries, The project for Improvement Of Countermeasures on Productive Disease in Dairy Cattle  2011

Arif Hidayat, Drh, 2002, Kesehatan Reproduksi, Japan International Cooperation Agency, PT Sonysugema Pressindo Bandung 2002


Nugroho, C.P, 2008. Agribisnis Ternak Ruminansia Jilid 2 untuk SMK, Direktorat Pembinaan  ekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Retno Widayani, 2008. Kesehatan Hewan, Swagati Press Cirebon, 2008.














Tips Sehat Alami


0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Total Tayangan Halaman

Copyrights  © edna disnak 2012 and introducing Panasonic S30

Back to TOP