Manajemen Reproduksi Sapi Potong
Keberhasilan usaha pembibitan sapi potong salah satunya ditentukan oleh keberhasilan reproduksi. Apabila pengelolaan reproduksi ternak dilakukan dengan tepat maka akan menghasilkan kinerja reproduksi yang baik yaitu peningkatan angka kebuntingan dan jumlah kelahiran pedet. Akan tetapi, masalah yang masih sering dijumpai pada usaha peternakan rakyat hingga saat ini adalah kinerja reproduksi yang masih rendah ditandai dengan masih terjadi kawin berulang (S/C > 2) dan rendahnya angka kebuntingan (CR 16 bulan) serta berdampak terhadap rendahnya perkembangan populasi sapi dan pendapatan petani dari usahaternak. Oleh karena itu untuk meningkatkan kinerja reproduksi ternak diperlukan manajemen reproduksi yang tepat antara lain :
1) pengamatan birahi dan waktu kawin,
2) pola perkawinan yang tepat,
3) deteksi kebuntingan, dan
4) penanganan kelahiran.
1) pengamatan birahi dan waktu kawin,
2) pola perkawinan yang tepat,
3) deteksi kebuntingan, dan
4) penanganan kelahiran.
Melalui usahatersebut diharapkan jumlah kelahiran pedet dan jumlah induk yang berkualitas meningkat yang
akhirnya berdampak pada meningkatnya pendapatan petani dari usaha pembibitan sapi potong.
akhirnya berdampak pada meningkatnya pendapatan petani dari usaha pembibitan sapi potong.
Pengamatan Birahi & Waktu Kawin
Pengamatan birahi dilakukan pada setiap ekor induk sapi. Pengamatan dapat dilakukan setiap hari pada waktu pagi dan sore hari dengan melihat gejala birahi secara langsung. Gejala atau tanda-tanda sapi betina birahi adalah:
1) gelisah dan terlihat sangat tidak tenang,
2) sering melenguh-lenguh,
3) mencoba menaiki sapi lain dan akan tetap diam apabila dinaiki sapi lain,
4) pangkal ekornya terangkat sedikit dan keluar lendir jernih transparan yg mengalir melalui vagina dan vulva,
5) vulva membengkak dan berwarna kemerah-merahan, dan
6) sapi menjadi diam dan nafsu makan berkurang.
1) gelisah dan terlihat sangat tidak tenang,
2) sering melenguh-lenguh,
3) mencoba menaiki sapi lain dan akan tetap diam apabila dinaiki sapi lain,
4) pangkal ekornya terangkat sedikit dan keluar lendir jernih transparan yg mengalir melalui vagina dan vulva,
5) vulva membengkak dan berwarna kemerah-merahan, dan
6) sapi menjadi diam dan nafsu makan berkurang.
Birahi berlangsung sekitar 18 jam dengan siklus rata-rata 21 hari. Pengamatan birahimerupakan faktor yang paling penting , karena jika gejala birahi telah terlihat maka waktu perkawinan yang tepat dapat ditentukan. Waktu yang paling tepat untuk mengawinkan ternak adalah sembilan jam sejak ternak menujukan tanda birahi.
Pola Perkawinan
Perkawinan pada sapi potong dapat dilakukan secara alami maupun kawin suntik atau inseminasi buatan (IB). Perkawinan alami merupakan perkawinan dengan cara mempertemukan pejantan dan induk secara langsung. Pola perkawinan secara alami ini memiliki empat manajemen perkawinan, yaitu:
1) perkawinan model kandang individu,
2) perkawinan model kandang kelompok/umbaran,
3) perkawinan model ranch/paddock, dan
4) perkawinan model padang penggembalaan.
1) perkawinan model kandang individu,
2) perkawinan model kandang kelompok/umbaran,
3) perkawinan model ranch/paddock, dan
4) perkawinan model padang penggembalaan.
Perkawinan melalui kawin suntik atau inseminasi buatan (IB) dilakukan dengan cara memasukkan sperma atau semen yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu ke dalam saluran alat kelamin betina dengan metode dan alat khusus. Teknik IB dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan semen beku (frozen semen) dan semen cair (chilled semen).
Perkawinan dengan cara IB memiliki
beberapa keuntungan diantaranya yaitu:
a) menghindari penularan penyakit dari jantan ke betina,
b) sperma yg berasal dari pejantan dpt melayani banyak betina karena dapat diencerkan beberapa kali lipat,
c) mempermudah upaya persilangan antar ras,
d) mempercepat penyebaran bibit unggul,
e) pejantan yang tidak mampu mengawini dapat diambil spermanya, dan
f) memudahkan perkawinan ternak yang bertubuh kecil.
beberapa keuntungan diantaranya yaitu:
a) menghindari penularan penyakit dari jantan ke betina,
b) sperma yg berasal dari pejantan dpt melayani banyak betina karena dapat diencerkan beberapa kali lipat,
c) mempermudah upaya persilangan antar ras,
d) mempercepat penyebaran bibit unggul,
e) pejantan yang tidak mampu mengawini dapat diambil spermanya, dan
f) memudahkan perkawinan ternak yang bertubuh kecil.
Deteksi Kebuntingan
Tanda-tanda umum terjadinya kebuntingan pada ternak adalah berahi berikutnya tidak timbul lagi, ternak lebih tenang, tidak suka dekat dengan pejantan, dan nafsu makan agak meningkat. Oleh karena itu, untuk mengetahui keberhasilan perkawinan perlu dilakukan pengamatan birahi lagi pada induk setelah 21 hari atau hari ke 18-23 dari perkawinan atau IB. siklus (42 hari) berikutnya, kemungkinan induk telah bunting.
Deteksi kebuntingan dapat dilakukan dengan cara palpasi rektal setelah 60 hari sejak dikawinkan untuk meyakinkan bahwa ternak benar-benar bunting. Pemeriksaan palpasi rektal dilakukan oleh Petugas Pemeriksa Kebuntingan (PKB) yang ditunjuk Dinas setempat.
Deteksi kebuntingan dapat dilakukan dengan cara palpasi rektal setelah 60 hari sejak dikawinkan untuk meyakinkan bahwa ternak benar-benar bunting. Pemeriksaan palpasi rektal dilakukan oleh Petugas Pemeriksa Kebuntingan (PKB) yang ditunjuk Dinas setempat.
Kelahiran
Kebuntingan pada sapi terjadi selama 275-285 hari dengan rata-rata 280 hari. Induk yang akan melahirkan menunjukkan tandatanda seperti: vulva membengkak dan warna kemerahan, pinggul terasa lebih lentur, puting mulai membengkak dan sedikit meneteskan air susu, dan vulva akan mengeluarkan lendir saat mendekati kelahiran.
Beberapa persiapan yang perlu dilakukan apabila sapi memperlihatkan gejala-gejala akan melahirkan adalah:
a) pembersihan kandang untuk memudahkan pergerakan induk sebelum atau pada saat proses melahirkan,
b) lantai kandang diberi alas, berupa jerami padi kering sebagai alas agar cairan yang keluar selama proses kelahiran dapat terserap dengan cepat, dan
c) sediakan obat-obatan untuk mengantisipasi keadaan yang darurat.
a) pembersihan kandang untuk memudahkan pergerakan induk sebelum atau pada saat proses melahirkan,
b) lantai kandang diberi alas, berupa jerami padi kering sebagai alas agar cairan yang keluar selama proses kelahiran dapat terserap dengan cepat, dan
c) sediakan obat-obatan untuk mengantisipasi keadaan yang darurat.
Secara umum proses kelahiran akan terjadi maksimal 8jam, apabila melebihi waktu tersebut pedet belum juga keluar maka sebaiknya segera laporkan kepada Petugas Peternakan setempat.
0 komentar:
Posting Komentar