Proksimat Pakan Ternak dan Serba Serbi Konsentrat
Livestock Feed Proximate Analysis Lookup Table adalah sebuah tabel analisis kandungan nutrisi beberapa bahan pakan ternak yang kami kompilasi dan berasal dari berbagai sumber, ada yang bersumber dari buku/literatur dalam negri, ada juga yang hasil analisis orang bule. Tabel ini kami buat dengan maksud untuk memudahkan kami sendiri dalam melakukan pencarian data kandungan nutrisi (terutama protein kasar) dari beberapa jenis pakan ternak yang populer dan sering digunakan di Indonesia. Ohya, tabel ini dibuat lebih mengacu pada bahan bahan pakan ternak sapi.
Pun demikian, mohon jangan mengandalkan data data yang ada di tabel ini untuk kegiatan yang serius. Silahkan cross-check dulu dengan data sumber lainnya, dan apabila anda menemukan kesalahan pada tabel kompilasi ini, kalau tidak keberatan, beritahu kami agar dapat di revisi
Ada dua kategori yang kami kompilasi, yang pertama adalah hijauan pakan ternak dan yang kedua adalah limbah pertanian dan bahan mineral. Kami juga sertakan estimasi harga dari masing masing bahan per awal tahun 2005.
Tabel kompilasi ini masih jauh dari lengkap (jadi, ehm, tolong bantu lengkapi). Bila ada yang memerlukan versi spreadsheet (Ms. Excel), dapat menghubungi kami.
Download tabel kompilasi analisis proksimat pakan ternak.
Sebetulnya tabel ini iseng kami bikin ketika sedang ngoprek mengenai komposisi dan pembuatan pakan ternak konsentrat dan menu pakan sapi. Dulu kami pernah berniat membuat pakan konsentrat ternak sapi sendiri, kenapa ? Alasan yang pertama kualitas. Kualitas pakan yang ada dari koperasi setempat (kami anggota koperasi peternak sapi perah) tidak bisa dibilang bagus. Yang kedua, ya pingin dong coba bikin sendiri konsentrat tuh kayak gimana
Belakangan, baru kami sadari bahwa ternyata membuat pakan ternak (yang sebagian besar berasal dari residu pertanian) itu ngga mudah. Banyak kendala yang kami temui. Misalnya, kontinuitas dan ketersediaan bahan baku. Seperti di ketahui main ingredients dari pakan ternak, khususnya sapi adalah dedak/bekatul, persentasenya bisa lebih dari 50%. Nah kendala kami sebagai peternak pemula dan modal dengkul adalah mendapatkan dedak dengan kualitas baik dan harga bersaing. Sebagian besar heuleur (rice hull; dimana dedak merupakan limbah dari proses dekortikasi beras padi) ternyata telah terikat kontrak dengan bandar atau supplier besar, termasuk para koperasi itu sendiri, sehingga untuk mendapatkan dedak harus bersaing dengan pemodal yang lebih kuat dan memang bermain di bidang itu. Itu satu.
Yang kedua, ketersediaan. Jumlah dedak yang tersedia sangat tergantung pada musim panen padi. Sehingga pada musim non-panen, dedak bisa menjadi barang langka. Harganya juga fluktuatif, berkisar Rp. 450 - 550 pada musim panen, sampai 700 - 900 rupiah / kg pada musim paceklik. Sekarang setelah kenaikan BBM, harga bisa mencapai 1000 - 1100 rupiah di beberapa rice hull.
Yang ketiga, kapasitas. Bahan baku konsentrat tentu tidak hanya dedak, kami kemudian mengetahui bahwa konsentrat yang dinilai cukup baik mengandung setidaknya 5 - 11 jenis bahan baku. Keanekaragaman bahan ini disamping sebagai pengkayaan unsur dan nutrisi, juga sebagai semacam kompensasi apabila harga dan ketersediaan barang fluktuatif. Misalnya disaat dedak paceklik dan mahal, feed company bisa merubah komposisi bahan baku dengan mengurangi penggunaan dedak dan mensubtitusi dengan bahan baku lain yang berharga lebih murah atau ketersediaannya cukup. Memang hal seperti ini bisa mengakibatkan kualitas pakan yang dihasilkan juga ikut naik turun. Tapi justru disini seni membuat pakan ternak kan ? . Nah dengan keanekaragaman tersebut, menurut hitungan sederhana kami, kapasitas yang dibutuhkan untuk mengolah sendiri pakan ternak minimal adalah sekira 30 ton / bulan. Untuk kami, 30 ton adalah skala yang terlalu besar . Kenapa 30 ton ? Kapasitas angkut truk medium adalah 4 - 5 ton, sehingga apabila formula pakan konsentrat mengandung sekurangnya 6 unsur, total bahan baku adalah sekitar 30 ton. Mungkin anda bertanya, mengapa tidak mengangkut ke enam unsur tersebut sedikit sedikit saja, sehingga muat dalam 1 truk, sehingga kita dapat membuat hanya 5 ton / bulan ?.
Alasan pertama, harga. Anda beli 5 kwintal dedak, harganya akan berbeda bila membeli 1 truk kapasitas 5 ton.
Selain itu yang lebih krusial, tidak ada one-stop-shoppingg dalam dunia bahan baku pertanian. Jadi mungkin anda harus membeli dedak di daerah Subang, kemudian membeli ongok (ampas singkong) kering dari Tasik, Mollases dari Cirebon dan sebagainya. So, in short, concentrate feed making is not our world . Setidaknya belum
Jadi, setelah mencoba membuat dalam skala kecil sekali (sekitar 1 ton), kami kembali lagi pada pola lama, membeli pakan konsentrat jadi dari koperasi setempat atau supplier lain yang kualitas barangnya lebih baik. Menyelesaikan masalah ? tidak juga.
Kiriman terkadang terlambat sampai berhari hari, alasannya banyak, kendaraan rusak, stok habis, dsb. Akhirnya produksi susu sapi merosot.
Nah alasan ini (dan banyak alasan lain) yang menyebabkan kami tidak menyukai penggunaan pakan konsentrat. Setidaknya dengan pola dan kinerja koperasi atau supplier yang demikian menyebabkan banyak peternak merugi.
Kesimpulannya ? kami bercita cita Manglayang Farm dapat mandiri dalam penyediaan pakan. Kami tidak ingin demikian tergantung pada pakan konsentrat. Itulah sebabnya kami sekarang cukup rajin menanam dan mengumpulkan berbagai macam tanaman dan hijauan pakan ternak, terutama berbagai jenis rumput dan leguminosae. Berharap di masa yang akan datang, kami dapat mengurangi penggunaan konsentrat dan berkonsentrasi pada pembuatan dan penataan kebun rumput sebagai sumber serat, dan legume sebagai sumber protein nabati. Entah kapan bisa terrealisasi, tapi rasanya bukan tidak mungkin.
Toh jaman dulu juga sapi makan rumput, bukan makan bekatul kan ?
Pun demikian, mohon jangan mengandalkan data data yang ada di tabel ini untuk kegiatan yang serius. Silahkan cross-check dulu dengan data sumber lainnya, dan apabila anda menemukan kesalahan pada tabel kompilasi ini, kalau tidak keberatan, beritahu kami agar dapat di revisi
Ada dua kategori yang kami kompilasi, yang pertama adalah hijauan pakan ternak dan yang kedua adalah limbah pertanian dan bahan mineral. Kami juga sertakan estimasi harga dari masing masing bahan per awal tahun 2005.
Tabel kompilasi ini masih jauh dari lengkap (jadi, ehm, tolong bantu lengkapi). Bila ada yang memerlukan versi spreadsheet (Ms. Excel), dapat menghubungi kami.
Download tabel kompilasi analisis proksimat pakan ternak.
Sebetulnya tabel ini iseng kami bikin ketika sedang ngoprek mengenai komposisi dan pembuatan pakan ternak konsentrat dan menu pakan sapi. Dulu kami pernah berniat membuat pakan konsentrat ternak sapi sendiri, kenapa ? Alasan yang pertama kualitas. Kualitas pakan yang ada dari koperasi setempat (kami anggota koperasi peternak sapi perah) tidak bisa dibilang bagus. Yang kedua, ya pingin dong coba bikin sendiri konsentrat tuh kayak gimana
Belakangan, baru kami sadari bahwa ternyata membuat pakan ternak (yang sebagian besar berasal dari residu pertanian) itu ngga mudah. Banyak kendala yang kami temui. Misalnya, kontinuitas dan ketersediaan bahan baku. Seperti di ketahui main ingredients dari pakan ternak, khususnya sapi adalah dedak/bekatul, persentasenya bisa lebih dari 50%. Nah kendala kami sebagai peternak pemula dan modal dengkul adalah mendapatkan dedak dengan kualitas baik dan harga bersaing. Sebagian besar heuleur (rice hull; dimana dedak merupakan limbah dari proses dekortikasi beras padi) ternyata telah terikat kontrak dengan bandar atau supplier besar, termasuk para koperasi itu sendiri, sehingga untuk mendapatkan dedak harus bersaing dengan pemodal yang lebih kuat dan memang bermain di bidang itu. Itu satu.
Yang kedua, ketersediaan. Jumlah dedak yang tersedia sangat tergantung pada musim panen padi. Sehingga pada musim non-panen, dedak bisa menjadi barang langka. Harganya juga fluktuatif, berkisar Rp. 450 - 550 pada musim panen, sampai 700 - 900 rupiah / kg pada musim paceklik. Sekarang setelah kenaikan BBM, harga bisa mencapai 1000 - 1100 rupiah di beberapa rice hull.
Yang ketiga, kapasitas. Bahan baku konsentrat tentu tidak hanya dedak, kami kemudian mengetahui bahwa konsentrat yang dinilai cukup baik mengandung setidaknya 5 - 11 jenis bahan baku. Keanekaragaman bahan ini disamping sebagai pengkayaan unsur dan nutrisi, juga sebagai semacam kompensasi apabila harga dan ketersediaan barang fluktuatif. Misalnya disaat dedak paceklik dan mahal, feed company bisa merubah komposisi bahan baku dengan mengurangi penggunaan dedak dan mensubtitusi dengan bahan baku lain yang berharga lebih murah atau ketersediaannya cukup. Memang hal seperti ini bisa mengakibatkan kualitas pakan yang dihasilkan juga ikut naik turun. Tapi justru disini seni membuat pakan ternak kan ? . Nah dengan keanekaragaman tersebut, menurut hitungan sederhana kami, kapasitas yang dibutuhkan untuk mengolah sendiri pakan ternak minimal adalah sekira 30 ton / bulan. Untuk kami, 30 ton adalah skala yang terlalu besar . Kenapa 30 ton ? Kapasitas angkut truk medium adalah 4 - 5 ton, sehingga apabila formula pakan konsentrat mengandung sekurangnya 6 unsur, total bahan baku adalah sekitar 30 ton. Mungkin anda bertanya, mengapa tidak mengangkut ke enam unsur tersebut sedikit sedikit saja, sehingga muat dalam 1 truk, sehingga kita dapat membuat hanya 5 ton / bulan ?.
Alasan pertama, harga. Anda beli 5 kwintal dedak, harganya akan berbeda bila membeli 1 truk kapasitas 5 ton.
Selain itu yang lebih krusial, tidak ada one-stop-shoppingg dalam dunia bahan baku pertanian. Jadi mungkin anda harus membeli dedak di daerah Subang, kemudian membeli ongok (ampas singkong) kering dari Tasik, Mollases dari Cirebon dan sebagainya. So, in short, concentrate feed making is not our world . Setidaknya belum
Jadi, setelah mencoba membuat dalam skala kecil sekali (sekitar 1 ton), kami kembali lagi pada pola lama, membeli pakan konsentrat jadi dari koperasi setempat atau supplier lain yang kualitas barangnya lebih baik. Menyelesaikan masalah ? tidak juga.
Kiriman terkadang terlambat sampai berhari hari, alasannya banyak, kendaraan rusak, stok habis, dsb. Akhirnya produksi susu sapi merosot.
Nah alasan ini (dan banyak alasan lain) yang menyebabkan kami tidak menyukai penggunaan pakan konsentrat. Setidaknya dengan pola dan kinerja koperasi atau supplier yang demikian menyebabkan banyak peternak merugi.
Kesimpulannya ? kami bercita cita Manglayang Farm dapat mandiri dalam penyediaan pakan. Kami tidak ingin demikian tergantung pada pakan konsentrat. Itulah sebabnya kami sekarang cukup rajin menanam dan mengumpulkan berbagai macam tanaman dan hijauan pakan ternak, terutama berbagai jenis rumput dan leguminosae. Berharap di masa yang akan datang, kami dapat mengurangi penggunaan konsentrat dan berkonsentrasi pada pembuatan dan penataan kebun rumput sebagai sumber serat, dan legume sebagai sumber protein nabati. Entah kapan bisa terrealisasi, tapi rasanya bukan tidak mungkin.
Toh jaman dulu juga sapi makan rumput, bukan makan bekatul kan ?
0 komentar:
Posting Komentar