Melirik Bisnis Burung Perkutut Impor
Siapa yang tak tertarik dengan perkutut impor yang saat ini lagi booming di tanah air, dari berbagai trah dan peternak dari Thailand semuanya langsung laris manis saat didatangkan ke Indonesia. Namun peluang ini hanya mampu dibaca oleh segelintir kungmania yang mampu menjadi rujukan para kungmania Indonesia untuk mendapatkannya, selebihnya sudah dijadikan "barang dagangan" yang siap dilempar ke peternak ataupun pemain hobi perkutut di Indonesia.
Peluang bagus saat Indonesia booming
Memang bisnis burung impor saat ini sedang naik daun, selain langsung laris dari segi harga sebagian besar kungmania Indonesia sudah mengerti harga belinya. Sebut saja Liem Boen Hay salah satu importir asal Semarang ini yang memiliki eksistensi tinggi mampu menyediakan perkutut impor dari berbagai peternak Thailand (Bangkok ataupun Thailand Selatan). Dengan kepiawaiannya banyak pelanggan yang sudah pesan burung impor tertentu (peternaknya, red) menjelang keberangkatannya, dan saat kembali ke Indonesia pesanan tersebut tinggal ambil saja.
Sementara lainnya adalah Junaedi Mojokerto yang biasanya bergabung dengan Bambang Terminal yang juga siap menyediakan burung-burung impor dengan kualitas super. Dari keduanya booming perkutut impor kembali booming di Indonesia, dan tentunya hal tersebut menjadi salah satu fenomena kungmania Indonesia untuk mencari sekaligus membandingkan kualitas burung yang bagus dengan hasil peternak lokal. Namun bukan berarti hasil peternak lokal tidak layak untuk dipakai justru mengkombinasi keduanya adalah trend yang awet sepanjang perjalanan hobi perkutut.
Bagi mereka yang ingin eksis menjadi penjual burung impor tanpa harus datang ke Thailand, rata rata mereka kulakan dari beberapa importir yang ada di Indonesia. Nah disinilah peluang yang dimaksud bisa dimanfaatkan oleh kungmania untuk diselami, pasalnya bisnis perkutut impor bakal kembali naik daun di Indonesia dan bisa mendatangkan keuntungan gede bagi pelakunya. Satu alasan yang pasti adalah saat produk Thailand Selatan TPP dan MLT yang sukses merajai konkurs di Liga Perkutut Indonesia (LPI) 2009.
Aljazair dan Jamaica adalah dua jawara papan atas yang saat ini sedang hangat menjadi pembicaraan kungmania Indonesia sebab kedua burung tersebut asli produk impor, Aljazair adalah produk dari MLT milik Jakumad dan Jamaica produk TPP milik Tuan Pa Pujud. Sejak keduanya moncer peternak asalnya juga mengalami kenaikan signifikan dalam hal permintaan produk. Terutama sekali duet Banmbang Terminal dan Junaedi langsung ketiban rejeki fresh karena banyak kungmania yang menanyakan saudara saudara Aljazair dan Jamaica. "Kalau untuk keduanya saya sudah stock adik adiknya di kandang, dan ini jelas sudah saya prediksi sejak awal dan prediksi itu benar benar terbukti. Dan MLT dan TPP langsung jadi produk laris di Indonesia," kata Bambang Terminal.
Harga jelas di atas rata-rata
Sekedar perbandingan untuk masalah harga jelas berbeda dengan produk lokal Indonesia, produk impor memiliki harga yag diatas rata rata. Bagi kungmania yang siap membelanjakan koceknya harus sedikit menebalkan dana belanjanya, karena memang harga burung impor bisa berkisar Rp 10 juta keatas seekor. Harga ini bisa melambung manakala burung yang dimaksud memang bagus kualitasnya saat dipantau di Indonesia bisa jadi harga jualnya bisa samapai puluhan juta samapai ratusan juta seekor.
Nah peluang inilah yang memang tidak terlalu dilirik kungmania, terutama para "makelar" burung ternak ataupun burung lomba. Jika kungmania bisa melirik bisnis ini dijamin bakal sukses untuk jangka waktu yang panjang, sebab dalam kondisi apapun burung impor selalu menjadi kebutuhan kungmania Indonesia. Adakah yang berminat mencobanya atau justru ada yang malu malu untuk melakukannya.
Rutin terbang ke Indonesia
Melihat pasar yang begitu besar peternak thailand mulai lebih intensif terbang ke Indonesia, rata rata tujuannya adalah melihat langsung perkembangan produk mereka di beberapa peternak Indonesia. Bahkan beberapa diantaranya ada yang mulai belanja beberapa produk Indonesia untuk dijadikan indukan, salah satunya adalah TP (Terminal Perkutut) 666 yang menjadi salah satu trah wajib yang harus dibelinya. Sekedar catatan bahwa TP 666 bukan hanya laris manis di Indonesia, di Thai Sel produk Terminal Perkutut ini juga sangat laris mania.
Melihat antusias para peternak Thailand memiliki jadawal rutin terbang ke Indonesia memang membuat peternak Indonesia senang sebab mereka juga tertarik dengan produk Indonesia. Sehingga untuk beberapa produk harus disimpan untuk memenuhi permintaan dari peternak Thailand, Hal ini penting dilakukan agar peternak Indonesia tidak melulu berbelanja pada peternak Thailand. "Kita ingin merintis kembali ekspor perkutut ke Thailand sebab sebagian produk yang kita lempar indukannya juga berasal dari Selatan. Semuanya tergantung dari nego kita terhadap peternak Thailand dan Terminal Perkutut sudah bisa menjual produk kita kepada peternak Thailand. Jelas ini membanggakan karena kita juta mampu menghidupkan sisi lain yang jarang dilakukan peternak Indonesia," jelas Bambang Terminal.
Peluang bagus saat Indonesia booming
Memang bisnis burung impor saat ini sedang naik daun, selain langsung laris dari segi harga sebagian besar kungmania Indonesia sudah mengerti harga belinya. Sebut saja Liem Boen Hay salah satu importir asal Semarang ini yang memiliki eksistensi tinggi mampu menyediakan perkutut impor dari berbagai peternak Thailand (Bangkok ataupun Thailand Selatan). Dengan kepiawaiannya banyak pelanggan yang sudah pesan burung impor tertentu (peternaknya, red) menjelang keberangkatannya, dan saat kembali ke Indonesia pesanan tersebut tinggal ambil saja.
Sementara lainnya adalah Junaedi Mojokerto yang biasanya bergabung dengan Bambang Terminal yang juga siap menyediakan burung-burung impor dengan kualitas super. Dari keduanya booming perkutut impor kembali booming di Indonesia, dan tentunya hal tersebut menjadi salah satu fenomena kungmania Indonesia untuk mencari sekaligus membandingkan kualitas burung yang bagus dengan hasil peternak lokal. Namun bukan berarti hasil peternak lokal tidak layak untuk dipakai justru mengkombinasi keduanya adalah trend yang awet sepanjang perjalanan hobi perkutut.
Bagi mereka yang ingin eksis menjadi penjual burung impor tanpa harus datang ke Thailand, rata rata mereka kulakan dari beberapa importir yang ada di Indonesia. Nah disinilah peluang yang dimaksud bisa dimanfaatkan oleh kungmania untuk diselami, pasalnya bisnis perkutut impor bakal kembali naik daun di Indonesia dan bisa mendatangkan keuntungan gede bagi pelakunya. Satu alasan yang pasti adalah saat produk Thailand Selatan TPP dan MLT yang sukses merajai konkurs di Liga Perkutut Indonesia (LPI) 2009.
Aljazair dan Jamaica adalah dua jawara papan atas yang saat ini sedang hangat menjadi pembicaraan kungmania Indonesia sebab kedua burung tersebut asli produk impor, Aljazair adalah produk dari MLT milik Jakumad dan Jamaica produk TPP milik Tuan Pa Pujud. Sejak keduanya moncer peternak asalnya juga mengalami kenaikan signifikan dalam hal permintaan produk. Terutama sekali duet Banmbang Terminal dan Junaedi langsung ketiban rejeki fresh karena banyak kungmania yang menanyakan saudara saudara Aljazair dan Jamaica. "Kalau untuk keduanya saya sudah stock adik adiknya di kandang, dan ini jelas sudah saya prediksi sejak awal dan prediksi itu benar benar terbukti. Dan MLT dan TPP langsung jadi produk laris di Indonesia," kata Bambang Terminal.
Harga jelas di atas rata-rata
Sekedar perbandingan untuk masalah harga jelas berbeda dengan produk lokal Indonesia, produk impor memiliki harga yag diatas rata rata. Bagi kungmania yang siap membelanjakan koceknya harus sedikit menebalkan dana belanjanya, karena memang harga burung impor bisa berkisar Rp 10 juta keatas seekor. Harga ini bisa melambung manakala burung yang dimaksud memang bagus kualitasnya saat dipantau di Indonesia bisa jadi harga jualnya bisa samapai puluhan juta samapai ratusan juta seekor.
Nah peluang inilah yang memang tidak terlalu dilirik kungmania, terutama para "makelar" burung ternak ataupun burung lomba. Jika kungmania bisa melirik bisnis ini dijamin bakal sukses untuk jangka waktu yang panjang, sebab dalam kondisi apapun burung impor selalu menjadi kebutuhan kungmania Indonesia. Adakah yang berminat mencobanya atau justru ada yang malu malu untuk melakukannya.
Rutin terbang ke Indonesia
Melihat pasar yang begitu besar peternak thailand mulai lebih intensif terbang ke Indonesia, rata rata tujuannya adalah melihat langsung perkembangan produk mereka di beberapa peternak Indonesia. Bahkan beberapa diantaranya ada yang mulai belanja beberapa produk Indonesia untuk dijadikan indukan, salah satunya adalah TP (Terminal Perkutut) 666 yang menjadi salah satu trah wajib yang harus dibelinya. Sekedar catatan bahwa TP 666 bukan hanya laris manis di Indonesia, di Thai Sel produk Terminal Perkutut ini juga sangat laris mania.
Melihat antusias para peternak Thailand memiliki jadawal rutin terbang ke Indonesia memang membuat peternak Indonesia senang sebab mereka juga tertarik dengan produk Indonesia. Sehingga untuk beberapa produk harus disimpan untuk memenuhi permintaan dari peternak Thailand, Hal ini penting dilakukan agar peternak Indonesia tidak melulu berbelanja pada peternak Thailand. "Kita ingin merintis kembali ekspor perkutut ke Thailand sebab sebagian produk yang kita lempar indukannya juga berasal dari Selatan. Semuanya tergantung dari nego kita terhadap peternak Thailand dan Terminal Perkutut sudah bisa menjual produk kita kepada peternak Thailand. Jelas ini membanggakan karena kita juta mampu menghidupkan sisi lain yang jarang dilakukan peternak Indonesia," jelas Bambang Terminal.
0 komentar:
Posting Komentar