PROLAPSUS UTERI, ENDOMETRITIS
PROLAPSUS UTERI
A. Pengertian
Prolaps dapat didefinisikan sebagai reposisi abnormal dari sebagian/seluruh organ tubuh dari struktur anatominya (Powell, 2008), di mana organ tersebut normalnya secara anatomis berada di dalam rongga tubuh kemudian keluar, menonjol/menggantung. Pada induk sapi yang sedang bunting tua, umum ditemukan kasus prolaps vagina dan prolaps rectal.
Predisposisi terhadap prolapsus uteri menurut Toeliehere (1985) adalah pertautan mesometrial yang panjang, uterus yang lemah, atonik dan mengendur, retensi plasenta pada apek uterus bunting dan relaksasi daerah pelvis yang berlebihan.
Prolapsus uteri adalah mukosa uterus keluar dari badan melalui vagina secara total ada pula yang sebagian. Pada umumnya terjadi pada sapi perah yang berumur lebih 4 tahun. Prolapsus atau pembalikan uterus sering terjadi segera sesudah partus dan jarang terjadi beberapa jam sesudah itu.
B. Faktor Penyebab
Penyebab kasus ini dikarenakan adanya perubahan pada jaringan otot di sekitar saluran peranakan bagian luar yang mengalami relaksasi pada saat induk sapi memasuki kebuntingan trisemester ketiga (Cuneo, 2009). Selain itu, meningkatnya tekanan di dalam rongga perut seiring perkembangan foetus (janin sapi) dapat mendorong bagian dalam vagina/rectum keluar rongga tubuh. Pada banyak kasus, saluran kantung kemih tertutup oleh bagian vagina yang mengalami prolaps sehingga sapi tidak dapat kencing. Kasus ini lebih banyak dijumpai pada induk sapi yang berumur tua dan induk sapi yang baru pertama kali bunting (Bicknell, 2009). Sapi - sapi yang digembalakan pada area yang banyak tanaman legume (kacang-kacangan) dan sapi yang mengalami kegemukan, sapi bunting yang dipelihara dengan kontruksi lantai yang terlalu miring memiliki resiko yang tinggi terhadap kasus prolaps.
Penyebab dari prolapsus uteri adalah atoni uteri pasca melahirkan disertai kontraksi dinding perut yang kuat, mendorong dinding uterus membalik ke luar, sedang serviks masih dalam keadaan terbuka lebar atau ligamentum lata uteri kendor. Bagian belakang tubuh lebih rendah dari bagian depan, sehingga memudahkan terjadinya prolapsus uteri. Demikian pula kontraksi uterus yang kuat disertai tekanan dinding perut yang berlebihan pada waktu melahirkan, dapat menyebabkan keluarnya fetus bersama – sama selaput fetus dan dinding uterusnya.faktor penyebab lain adalah retensio sekundinarium, karena berat sekundinae yang menggantung di luar tubuh dapat menyebabkan dinding uterus ikut tertarik keluar dan membalik diluar tubuh, apalagi pada saat itu masih ada tekanan dinding perut yang cukup kuat.
Tanda-tanda prolapsus uteri
1. Hewan biasanya berbaring tetapi dapat pula berdiri dengan uterus menggantung kebelakang
2. Selaput fetus dan atau selaput mukosa uterus terbuka dan biasanya terkontaminasi dengan feses, jerami, kotoran atau gumpalan darah
3. Uterus biasanya membesar dan udematus terutama bila kondisi ini telah berlangsung 4-6 jam atau lebih.
Jika prolapsus hanya sebagian saja maka besarnya penonjolan mukosa uterus mungkin hanya sebesar tinju, mungkin sebesar kepala atau dapat pula lebih besar lagi. Bila prolapsus ini total maka sampai servik pun ikut tertarik keluar oleh beratnya uterus yang telah keluar dan memberikan pandangan yang sangat mengejutkan seolah-olah ada sekarung beras 20-30 kg tergantung di belakang sapi, berwarna merah tua dan kotor karena sekundinae yang masih melekat pada karunkula.
C. Akibat dari Penampilan Reproduksi
Gejala yang ditunjukkan adalah terganggunya kesehatan tubuh dengan menurunnya nafsu makan, memamah biak tidak teratur, naiknya suhu tubuh dan denyut nadi. Gejala akan menjadi lebih berat bila prolapsus uteri ini disertai dengan infeksi bakteri atau adanya retensio sekundinarum. Dalam keadaan berbaring, mukosa uterus yang mengalami prolapsus dapat dikotori oleh kotoran dilantai kandang. Dari luar kelihatan ada semacam tumor berwarna merah dan mengkilat, berada diluar tubuh di bawah vulva, dalam beberapa jam saja, warna merah akan berubah menjadi gelap kemudian berubah menjadi coklat. Bila sudah terjadi gangraena, maka warna yang mengkilat akan menghilangkan. Pada sapi, uterus yang mengalami prolapsus biasanya adalah uterus yang berisi fetus, pada dinding dinding korpus uteri dapat dijumpai adanya lobang dari kornua uteri yang tidak bunting. Karunkula terdapat pada permukaan mukosa uteri, sehingga keseluruhan uterus yang mengalami prolapsus menyerupai buah murbei raksasa.
Diagnosa pada sapi dapat dilakukan dengan memperhatikan adanya uterus yang menggantung di luar vulva dengan mukosanya yang berada di luar, disertai terlihatnya karunkula pada mukosa uterus. Pada inversion uteri, diagnose dilakukan dengan mengadakan perabaan melalui vagina akan tersa adanya benda menyerupai tumor didalam rongga vagina, sedangkan pada perabaan melalui rectal, teraba seperti adanya penebalan yang menyerupai cincin yang kaku di dalam vagina.
D. Cara Menanggulangi Prolapsus
Penanganan prolapsus dipermudah dengan handuk atau sehelai kain basah. Uterus dipertahankan sejajar vulva sampai datang bantuan. Uterus dicuci bersih dengan air yang dibubuhi antiseptika sedikit. Uterus direposisi. Sesudah uterus kembali secara sempurna ketempatnya, injeksi oksitosin 30-50 ml intramuskuler. Kedalam uterus dimasukkan larutan tardomisol (TM) atau terramisin. Dilakukan jahitan pada vulva dengan jahitan Flessa atau Buhner. Jahitan vulva dibuka dalam waktu 24 jam. Dalam waktu tersebut servik sudah menutup rapat dan tidak memungkinkan terjadinya prolapsus. Penyuntikan antibiotik secara intramuskuler diperlukan untuk membantu pencegahan infeksi uterus.
Prinsip dasar penanganan kasus ini adalah mengembalikan organ yang mengalami prolaps ke posisi normalnya. Tindakan penjahitan kadang dibutuhkan namun saat parturisi jahitan tersebut harus dilepas. Untuk tindakan tersebut dapat menghubungi dokter hewan terdekat.
Diagnosa pada sapi dapat dilakukan dengan memperhatikan adanya uterus yang menggantung di luar vulva dengan mukosanya yang berada di luar, disertai terlihatnya karunkula pada mukosa uterus. Pada inversion uteri, diagnose dilakukan dengan mengadakan perabaan melalui vagina akan tersa adanya benda menyerupai tumor didalam rongga vagina, sedangkan pada perabaan melalui rectal, teraba seperti adanya penebalan yang menyerupai cincin yang kaku di dalam vagina.
E. Upaya Pencegahan Prolapsus
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan membuat desain lantai kandang yang tepat/tidak terlalu miring. Kontrol manajemen pakan sehingga sapi-sapi yang bunting terutama pada trisemester ke tiga tidak mengalami kegemukan. Dan yang penting adalah jangan memelihara sapi yang pernah mengalami kejadian prolaps vagina/rektal pada saat bunting karena ada kecenderungan genetis berperan dalam kejadian kasus prolaps (Card, 2009).
Penanganan Prolapsus Uteri (Broyongen) pada sapi yang melahirkan,
Penanganannya:
Penanganannya:
a. Siapkan air bersih
b. Sediakan sekitar 4 buah es batu (biasanya dibungkus plastik @ 1liter)
c. Siapkan alcohol
d. Siapkan jarum jahit/1 set alat jahit (kalau tidak ada, pake jarum karung dan tali rafia -semuanya dicuci air panas dan direndam dulu dalam alkohol 70%)
e. Air bersih
f. Cuci alat reproduksi yang keluar dengan air bersih sekalian sisa placenta dan corpus luteum disingkirkan sekalian, lalu perlahan-lahan masukkan seluruh organ reproduksi itu kedalam sampai masuk seluruhnya
g. Tekan mulut vagina dan masukkan es batu kedalam, untuk membekukan darah
h. Jahit luka sobeknya dengan jarum dan tali raffia
i. Letakkan sapi pada alas tanah dengan posisi kaki depan lebih rendah dari kaki belakang
j. Usahakan ternak berada dalam ruangan yang terbatas, ternak tidak dapat memutar
k. Injeksi dengan vitamin A, D, E, K serta prepaat calcium (misalnya Calidex - su ctan sebanyak 25 cc)
l. Beri ternak makan dan minum secukupnya
m. Setelah 3 - 4 hari biasanya kandungan sudah mulai normal dan jahitan sudah mengering, tali rafia boleh dilepaskan
n. Bila sudah sembuh, sebaiknya indukannya dijual saja Pak ... next partus akan seperti itu lagi
o. Beri pedetnya susu sambung dari air susu segar/air susu bubuk
ENDOMETRITIS
A. Pengertian
Endometritis adalah peradangan yang terjadi pada endometrium, lapisan sebelah dalam pada dinding rahim, yang terjadi akibat infeksi. Terdapat berbagai tipe endometritis, yaitu endometritis post partum (radang dinding rahim sesudah melahirkan), endometritis sinsitial (peradangan dinding rahim akibat tumor jinak disertai sel sintitial dan trofoblast yang banyak), serta endometritis tuberkulosa (peradangan pada dinding rahim endometrium dan saluran Falopi, biasanya akibat Mycobacterium tuberculosis.
B. Faktor Penyebab
Mikroorganisme yang menyebabkan endometritis diantaranya Campylobacter foetus, Brucella sp., Vibrio sp. dan Trichomonas foetus. Endometritis juga dapat diakibatkan oleh bakteri oportunistik spesifik seperti Corynebacterium pyogenes, Eschericia coli dan Fusobacterium necrophorum. Organisme penyebab biasanya mencapai vagina pada saat perkawinan, kelahiran, sesudah melahirkan atau melalui sirkulasi darah.
Terdapat banyak faktor yang berkaitan dengan endometritis, yaitu retensio sekundinarum, distokia, faktor managemen, dan siklus birahi yang tertunda. Selain itu, endometritis biasa terjadi setelah kejadian aborsi, kelahiran kembar, serta kerusakan jalan kelahiran sesudah melahirkan. Endometritis dapat terjadi sebagai kelanjutan kasus distokia atau retensi plasenta yang mengakibatkan involusi uterus pada periode sesudah melahirkan menurun. Endometritis juga sering berkaitan dengan adanya Korpus Luteum Persisten (CLP).
Endometritis adalah keradangan pada dinding uterus yang umumnya disebabkan oleh partus. Dengan kata lain endometritis didefinisikan sebagai inflamasi dari endometrium Derajat efeknya terhadap fertilitas bervariasi dalam hal keparahan radang , waktu yang diperlukan intuk penyembuhan lesi endometrium, dan tingkat perubahan permanen yang merusak fungsi dari glandula endometrium dan/atau merubah lingkungan uterus dan/atau oviduk. Organisme nonspesifik primer yang dikaitkan dengan patologi endometrial adalah Corynebacterium pyogenes dan gram negatif anaerob. Kebanyakan sapi perah post partum mengalami beberapa derajat enometritis kecuali dapt sembuh antara 40-59 hari post partum(Bretzlaff,1987).
Biasanya karakter klinisnya adalah adanya mukopurulen yang dikeluarkan vagina, 21 hari atau lebih setelah calving atau dihubungkan dengan ditundanya involusi uterus. Kejadian endometritis kira- kira 10 % pada ternak, meski kejadian pada kawanan sapi kurang jelas. Tetapi ada variasi yang besar pada kejadian endometritis antara yang digembalakan, dari beberapa kasus lebih dari 40% pada ternak yang dipelihara. Endometritis dianggap menyebabkan subfertil dan infertilitas. Adanya kontaminasi bakteri pada uterus akan melemahkan mileu hormonal dari hypothalamus-pituitary-poros ovarium dan menghambat pertumbuhan folikel dan perkembangannya. Infeksi uterus telah dilaporkan berhubungan dengan kenaikan kejadian penyakit cystic ovari. Lebih jauh lagi adanya dan menetapnya organisme pathologic menyebabkan endometritis. Endometritis telah mengganggu efek fertilitas ,memperpanjang calving interval, menurunkan jumlah service per conception (S/C) dan kegagalan perkawinan.
Endometritis dapat terjadi juga pada induk sapi setelah perkawinan alami dengan pejantan yang menderita penyakit menular kelamin seperti bruselosis, trichomoniasis, vibriosis, dll. Pada pelaksanaan inseminasi buatan yang dilakukan intra uterine pada sapi betina, mempunyai resiko untuk terjadinya endometritis, karena mungkin saja bakteri yang terbawa oleh alat insaminasi (insemination gun) atau dalam semen masih tercemar oleh kuman kemudian dapat menulari uterus. Streptococcus, Staphylococcus, E.coli, P.aeruginosa, dan C.pyogenes adalah bakteri nonspesifik yang terdapat secara non pathogen di mana-mana dan sering menginfeksi uterus. Berat tidaknya endometritis yang diserita tergantung pada keganasan bakteri yang menularinya, banyaknya bakteri, dan ketahanan tubuh penderita. (Hardjopranjoto,1995)
C. Akibat dari Penampilan Reproduksi
Secara ekonomi endometritis tergantung dari efek gangguan pada fertilitas, peningkatan pengafkiran, biaya treatmen. Pertimbangan biaya langsung pada kasus keluarnya vulva adalah untuk treatmen dan 300 ltr penurunan hasil susu juga peningkatan calving interval 18 hari dan peningkatan S/C 0,3. Menurut Hardjopranjoto(1995), infertilitas yang terjadi dapat berupa matinya embrio yang masih muda karena pengaruh mikroorganisme sendiri atau terganggunya perlekatan embrio pada dinding uterus (kegagalan implantasi)
Etiolog. Diduga uterus dan isinya steril selama kebuntingan normal dan lebih dulu melahirkan. Kemudian waktu kelahiran atau setelah itu lumen uterus terkontaminasi mikroorganisme dari lingkungan, hewan, kulit dan feses melalui relaksasi peritoneum, vulva dan dilatasi cervik.
Etiolog. Diduga uterus dan isinya steril selama kebuntingan normal dan lebih dulu melahirkan. Kemudian waktu kelahiran atau setelah itu lumen uterus terkontaminasi mikroorganisme dari lingkungan, hewan, kulit dan feses melalui relaksasi peritoneum, vulva dan dilatasi cervik.
Infeksi uterus adalah alasan kejadian, menjadi paling tinggi selama waktu dikandangkan, diduga karena kontaminasi lingkungan. Lingkungan ternak yang kotor mungkin meningkatkan resiko endometritis. Noakes (1991) mendiskripsikan 2 perbedaan higienisme yang nyata pada peternakan, satu dengan lingkungan yang relatif bersih kejadian endometritis adalah 2- 3 %, dibandingkan dengan kejadian 15 % dari lingkungan yang kotor. Tetapi tidak ada perbedaan pada kualitas dan kuantitas flora bakteri uterus pada ternak sapi pada masing- masing peternakan.
Ditunda kembalinya aktivitas siklus uterus setelah kelahiran memperlihatkan predisposisi endometritis. Jika interval dari kelahiran ke ovulasi pertama sangat pendek, itu diduga piometra dapat terjadi karena A.pyogenes dan bakteri anaerob Gram negatif yang akan tetap tinggal dalam uterus setelah ovulasi, yang membiarkan pertumbuhan bakteri yang melanjut mengikuti pembentukan corpus luteum.
Endometritis dapat juga terjadi karena kelanjutan dari kelahiran yang tidak normal, seperti abortus, retensi sekundinarum, kelahiran premature, kelahiran kembar, keahiran yang sukar (distokia), perlukaan yang disebabkan oleh alat-alat yang dipergunakan untuk pertolongan pada kelahiran yang sukar.
Gejala KliniS
• Berupa adanya leleran vaginal berwarna putih/putih kekuningan yang akan meningkat pada saat estrus yaitu saat cerviks berdilatasi dan ada mucus vagina yang berlebihan. Leleran tersebut biasa disebut “leucorrhoea” yang berarti secret yang putih dan kental dari vagina dan rongga uterus.
• Terdapat tanda-tanda penyakit sistemik yang pada beberapa kasus menyebabkan penurunan produksi susu dan nafsu makan.
• Pada palpasi per rectal ditemukan adanya involusi uterus yang terasa seperti adonan (doughy feel)
• Dalam jangka pendek akan mengurangi fertilitas dan akan memperpanjang calving interval serta menurunkan angka service per conception (S/C).
• Sedangkan dalam jangka panjang akan menyebabkan sterilitas yang dapat menimbulkan perubahan pada traktus genitalis yang bersifat irreversible.
(Arthur,1992)
(Arthur,1992)
D. Cara Menanggulangi Endometritis
· Antibiotik lokal atau sistemik
Oksitetrasiklin 500-1500 mg dengan pemakaian maksimal 3-6 gr (Intra Uterine)
Neomisin 500-1000 mg
Neomisin 500-1000 mg
· Prostaglandin atau estradiol
· Dengan terapi microwave dengan intensitas yang rendah
Kelompok sapi diobati dengan metode berikut:
· Mengobati uterus dengan radiasi infra merah yang berintensitas rendah atau terapi laser dengan jarak 5-10 cm dari kulit, waktu tiap penyinaran kurang lebih 30 detik, dengan total waktu penyinaran 1 menit.
· Pengobatan dengan apparatus IMG-42.2, dengan jalan kontak langsung dengan horn cap, menggunakan daerah antara sakral ke2 dan ke3. Area kontrol dari proses fisiologi ini berada di uterus. Waktu terapi kurang lebih 10 menit. Alternatif lain daerah radiasi lainnya adalah antara prosesus spinosus sakral 2 dan 3, kanan kirinya berjarak 4 jari. Waktunya 5 menit untuk tiap area, dengan total waktu 10 menit.
· Dari pengobatan sampai kesembuhan 1 tahap perhari, namun perharinya tidak lebih dari 10 tahap yang dilakukan
E. Upaya Pencegahan Endometritis
Tiga treatmen yang paling sering digunakan adalah PGF-2α parenteral atau analog, estrogen dan antibiotic intrauterine.
Pencegahan
- Menyembuhkan penyakit metabolisme
ini sangat baik dengan memenuhi kebutuhan nutrisi sapi, salah satu caranya:
i. Meningkatkan BCS 2 ke 3
ii. Memenuhi kebutuhan magnesium
iii. Perbaiki kebutuhan nutrisi, dan lingkungan kandang
iv. Menjaga kebersihan alat yang digunakan dalam pertolongan kelahiran
v. Mengawinkan sapi betina hendaknya dilakukan sekurang-kurangnya 60 ari post partus
vi. Dalam menangani retensi sekundinarum segera diadakan pertolongan dengan teknik yang baik dan menyeluruh, jangan ada sisa sekundinae yang tertinggal di dalam uterus.
0 komentar:
Posting Komentar